MUHAMMADIYAH, sebagai gerakan Islam, aktif mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat. Ini dilakukan secara sengaja dan sadar, bukan secara kebetulan. Karena Muhammadiyah senantiasa mempunyai kepentingan untuk da’wah, amar ma’ruf nahi munkar, tajdid, dan menyelenggarakan gerakan serta amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat. Semua yang dilakukan Muhammadiyah ini sebagai usaha untuk mencapai maksud dan tujuannya, “Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Karena itu, Muhammadiyah dalam merespon perkembangan dan perubahan harus cepat dan tepat serta tetap berpegang pada nilai-nilai dasar Muhammadiyah.
Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah ketika melaksanakan da’wah dan sebagainya itu bukan berada dalam ruang hampa. Muhammadiyah dalam berlalu-lintas di tengah kehidupan dan dalam melaksanakan semua aktivitas di masyarakat pasti bertemu dengan berbagai gerakan dan kelompok lain. Gerakan dan kelompok lain yang sama-sama terjun di masyarakat ini tentu ada yang dengan Muhammadiyah sejalan dan ada pula yang tidak. Karena tiap gerakan dan kelompok pasti memiliki prinsip, idealisme, misi, dan tatanan sendiri. Tetapi harus tetap saling menghargai dan menghormati.
Dalam perjalanan perjuangan Muhammadiyah hampir satu abad, banyak warga masyarakat yang menyambut positif kehadiran Muhammadiyah dengan seluruh aktivitas, gerakan, dan amal usahanya. Namun, tentu ada pula yang tidak mau melihat da’wah dalam seluruh segi yang dilakukannya berjalan lancar dan berhasil. Mereka tidak berdiam diri bahkan mempunyai berbagai rencana dan program untuk melemahkan da’wah Islam. Di antara prioritasnya adalah mengedepankan pendidikan dan pengajaran. Dari usaha yang dilakukan itu mereka tentu berharap dapat melahirkan generasi di kalangan umat Islam yang tidak mengenal lagi hubungan dengan Allah, generasi yang malu menisbahkan diri kepada Islam, generasi yang tidak mengenal hakikat Islam, generasi yang terpisah dari agama dan umatnya.
Dengan mengandalkan dana yang kuat, mereka memiliki dan menggunakan sarana penerangan (media massa), misal, surat kabar, majalah, radio, dan televisi secara intensif. Melalui sarana yang pengaruhnya sangat ampuh itu, mereka menyebarluaskan kehendak sesuai dengan apa yang digariskan untuk merusak akidah dan akhlak. Jika kedua pilar umat Islam itu roboh, maka tentu tidak dapat diharapkan berdirinya sebuah bangunan yang sehat. Belum lagi bermacam buku yang diterbitkan dan disebarluaskan oleh mereka. Di samping itu, bermacam aliran yang bersifat keagamaan merebak, pada akhir-akhir ini, dan demikian pula berbagai aliran sekularisme.
Beberapa hal tersebut dapat berarti negatif bagi Muhammadiyah pada satu sisi, tapi pada sisi lain bisa pula menjadi positif, apabila hal itu dipandang sebagai tantangan dan pendorong kuat untuk cepat dan giat berbuat. Berbagai usaha mereka tidak akan menyurutkan perjuangan Muhammadiyah. Bahkan memacu untuk bangkit melangkah maju. Karena Muhammadiyah meyakini Islam, yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, adalah agama Allah serta agama kebenaran yang menjadi rahmatan lil ‘alamin.
Perjuangan Muhammadiyah menuju tujuan yang dicita-citakannya masih memerlukan perjalanan panjang. Tujuan yang tinggi lagi mulia itu pasti tidak dapat diwujudkan dalam satu, dua, atau tiga masa jabatan pimpinan. Pimpinan Persyarikatan dalam Muhammadiyah dibatasi oleh masa jabatan. Satu masa jabatan adalah lima tahun. Karena itu, siapa pun yang sedang menjadi pimpinan Muhammadiyah harus menyadari bahwa dirinya tidak akan menjadi Pimpinan Persyarikatan selamanya. Para anggota Muhammadiyah bahkan siapa pun tanpa terkecuali berumur terbatas. Pada waktunya kita akan dipanggil menghadap Allah untuk mempertanggungjawabkan segala perilaku dan perbuatan kita selagi hayat di dunia. Menyadari hal itu, Muhammadiyah lalu mendirikan sekolah kader, misal, Madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat, Pendidikan Ulama Tarjih, dan Pondok Nuriyah Shabran. Selain itu juga mendirikan Organisasi-organisasi Otonom, yaitu Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, IMM, IRM/IPM, Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan. Baik sekolah kader maupun Ortom, terutama yang AMM, jelas didirikan dalam rangka perkaderan dan diharapkan dapat melahirkan banyak kader. Dan pada setiap satu masa jabatan Pimpinan Persyarikatan, Muhammadiyah pasti memiliki program perkaderan.
Untuk menghadapi perkembangan dan perubahan masyarakat serta berbagai tantangan yang menghadang dan perjuangan mencapai tujuan yang dicita-citakan, Muhammadiyah jelas dan pasti memerlukan kader-kader penerus perjuangan yang handal, memiliki nilai-nilai dasar dan memahami perjuangan Muhammadiyah. Mereka istiqomah menjadi pejuang da’wah yang komit dan konsisten terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah, tegar menghadapi persoalan dan tantangan da’wah yang terus berkembang dan kompleks, kreatif dan dinamis, disiplin, serta memiliki ketahanan uji yang tinggi. Mereka berjiwa ikhlas, berkualitas, berwawasan luas, dan sanggup bekerja keras.
Muhammadiyah sungguh mendambakan kader-kader berlapis dalam multibidang. Karena Muhammadiyah bergerak membangun di segala bidang dan lapangan. Mereka diharapkan dapat mewarisi dan meneruskan perjuangan para pendahulu serta diridlai Allah. Sebagaimana Nabi Zakariya as ketika berdoa kepada Allah mengharapkan keturunan menyatakan, “Fahablii min ladunka waliyyaa, yaritsunii wa yaritsu min aali Ya’quuba waj’alhu Rabbii radhiyyaa” – “Anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub, dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridlai” (Qs. Maryam [19]: 5 – 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar